Bismillaahir rohmaanir rohiim.
Berdasarkan
atas pikiran dan perasaan manusia, yang senantiasa berlainan satu sama
lain, akhirnya membuat putus asa sang juru dakwah dalam menyampaikan
seruan Agama Allah (Islam), kemudian diambilah suatu cara singkat, yang
dianggap sebagai jalan keluar dari suatu permasalahan umat agar tetap
bersatu, tanpa perlu lagi membicarakan dan mencari titik temu atas
perbedaan cara pemahaman Agama.
Benarkah demikian kita harus bersikap ??
Allah yang Maha Agung, berfirman dalam Al- Qur’an Surat Al- Hasyr ayat 14.
Artinya : “………….
Kamu kira mereka bersatu, tetapi ( sebenarnya ) hati- hati mereka
berpecah- belah, yang demikian itu karena mereka adalah satu kaum yang
tidak mengerti”.
Perhatikan firman Allah tersebut..!!
Bisa kita ambil pengertian bahwa tidak selamanya persatuan itu membawa kemajuan, oleh sebab itu tidak selamanya.. “BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA JATUH”, sebab seringkali yang terjadi malah sebaliknya “KITA BERSATU TAMBAH SEMAKIN JATUH”. Apa sebabnya ???
Tidak
lain, karena adanya kompromi dan bahu membahu (bersatu), mencampur
adukkan yang haq dan yang bathil, karena kompromi pada keburukan dan
kejahatan membuat kita tersisih dan melumpuhkan tujuan Agama Allah yang
mulia.
Hal semacam ini pernah kita alami yaitu, dimasa adanya persatuan ala “NASAKOM”, pada
masa lampau, yang berbentuk persatuan musang dengan ayam, persatuan
sendok dengan bubur, dan akhirnya masuk keliang kubur.., “lubang buaya”.
Pikirkanlah benar- benar tentang bentuk “persatuan” ini !!
Persatuan
dalam perpecahan, kerukunan dalam permusuhan, keadaannya sungguh tidak
berbeda dengan “kawin paksa”, dan dengan mas kawin yang sangat mahal.
Sebagaimana kehidupan Arab Quraisy di zaman Jahiliyah di permulaan
penyampaian risalah Islam oleh baginda Nabi Muhammad s.a.w. Persatuan
yang tetap tertekan, kecemasan dan kekhawatiran senantiasa mencekik dan
menyesakkan dada, sungguh setitikpun tidak ada manfaatnya. Akhirnya
semboyan ukhuwah Islamiyah yang dikemukakan, hanyalah sekedar semboyan
yang hampa dan malah memberikan keuntungan pada manusia- manusia yang
tak bermoral, bertabiat maksiat dan berkelakuan durjana.
Pikirkan dan renungkan benar- benar !!
Dalam
Tarikh dan sejarah dapat pula kita buktikan tentang kemenangan
Nabiullah Musa a.s. dalam melawan kedzoliman dan kelaliman Raja Fir’aun
laknatullah terjadi setelah Nabiullah Musa a.s. berpisah dari kaum
Fasiqien yang melewati batas dan durhaka. Beliau menghindarkan diri dari
rangkulan lawan yang melumpuhkan perjuangan Beliau menyampaikan Agama
Allah- Islam. Beliau menjauhi persatuan yang merugikan. Dalam situasi
yang demikian ini Beliau berdo’a, sebagaimana yang tercantum dalam Surat
Al- Maidah ayat 25 :
Artinya : Berkata Musa:
"Ya Tuhanku, aku tidak memiliki (tidak mampu mengurus ) kecuali diriku
sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan
orang-orang yang fasik itu."
Pahami dan renungkanlah..!!
Sesungguhnya persatuan itu bukanlah tujuan, tapi suatu akibat yang ada dari jalan yang sama. Oleh karena itu bersatu bukan
hanya sekedar bersatu, seperti air dalam kolam tanpa ada pelepasannya.
Tetapi bersatu untuk bergerak untuk menuju muara yang menjadi tujuan
bersama.
Persatuan adalah meyusun potensi dan tenaga, yang kemudian dapat mempermudah dan mempercepat proses dalam mencapai hasil. Persatuan
atau kerukunan yang hanya berbentuk seperti air dalam kolam menjadikan
air tergenang, tidaklah menjadi manfaat apapun selain tumbuhnya benih-
benih penyakit. Maka tidaklah heran, persatuan semacam
ini, sering kali dijadikan alat dalam suatu gerakan jahat, sebagaimana
masyhur dan dikenal dengan “lubang buaya” di halim perdana kusuma.
Renungkanlah benar- benar !!
Persatuan
yang sebenarnya hanya akan terwujud dalam kalangan orang- orang yang
memiliki persamaan tujuan dan jalan. Dan terjadi dalam lingkungan orang
yang hendak membela kebenaran Agama Allah (Islam), dengan jalan yang
benar, dalam arti “benar” menurut Al- Qur’an dan Hadits yang syah yang
tidak menentang Al-Qur’an.
Membela yang haq dengan jalan
yang haq, tidak dengan jalan menipu rakyat, tidak menjadikan Agama
sebagai kedok kekuasaan, dan mencari kekayaan pribadi, tidak pula
menyebarkan bid’ah, tahayyul, khurafat, dan syirik. Yang bukan agama
dianggap agama, sedang mereka tak kunjung sadar.
Membela
keadilan dengan jalan keadilan menurut Al- Qur’an dan Al- Hadits, maka
diharapkan muncullah persatuan rasa, suara, dan usaha yang mengarah pada
muara yang sama dengan tujuan mardlatillah, melalui jalan yang sama
Shiratol Mustaqiem, dengan rasa tanggung jawab sepenuh- penuhnya kepada
Allah subhanahu wa ta’ala pada hari pengadilan nantinya.
Seluruhnya
bersatu menyuarakan Al- Qur’an dan Sunnatur- Rasul, dan semuanya
bergerak dengan nada yang sama atas usaha dan ikhtiar yang halal dan
benar.
Demikianlah terwujudnya persatuan dan
keadilan yang bergerak dalam membela kebenaran yang sejalan dengan
sifat Nabi kita Muhammad s.a.w.
Keselamatan bagi hamba Allah yang mau mengikuti petunjuk Agama Allah, Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar