Senin, 02 April 2012

" Khilafiyah jangan diterangkan ?? ”

Bismillaahir rohmaanir rohiim.

Berdasarkan atas pikiran dan perasaan manusia, yang senantiasa berlainan satu sama lain, akhirnya membuat putus asa sang juru dakwah dalam menyampaikan seruan Agama Allah (Islam), kemudian diambilah suatu cara singkat, yang dianggap sebagai jalan keluar dari suatu permasalahan umat agar tetap bersatu, tanpa perlu lagi membicarakan dan mencari titik temu atas perbedaan cara pemahaman Agama.

Benarkah demikian kita harus bersikap ??

Allah yang Maha Agung, berfirman dalam Al- Qur’an Surat Al- Hasyr ayat 14.

Artinya : “…………. Kamu kira mereka bersatu, tetapi ( sebenarnya ) hati- hati mereka berpecah- belah, yang demikian itu karena mereka adalah satu kaum yang tidak mengerti”.

Perhatikan firman Allah tersebut..!!

Bisa kita ambil pengertian bahwa tidak selamanya persatuan itu membawa kemajuan, oleh sebab itu tidak selamanya.. “BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA JATUH”, sebab seringkali yang terjadi malah sebaliknya “KITA BERSATU TAMBAH SEMAKIN JATUH”. Apa sebabnya ???

Tidak lain, karena adanya kompromi dan bahu membahu (bersatu), mencampur adukkan yang haq dan yang bathil, karena kompromi pada keburukan dan kejahatan membuat kita tersisih dan melumpuhkan tujuan Agama Allah yang mulia.

Hal semacam ini pernah kita alami yaitu, dimasa adanya persatuan ala “NASAKOM”, pada masa lampau, yang berbentuk persatuan musang dengan ayam, persatuan sendok dengan bubur, dan akhirnya masuk keliang kubur.., “lubang buaya”.

Pikirkanlah benar- benar tentang bentuk “persatuan” ini !!

Persatuan dalam perpecahan, kerukunan dalam permusuhan, keadaannya sungguh tidak berbeda dengan “kawin paksa”, dan dengan mas kawin yang sangat mahal. Sebagaimana kehidupan Arab Quraisy di zaman Jahiliyah di permulaan penyampaian risalah Islam oleh baginda Nabi Muhammad s.a.w. Persatuan yang tetap tertekan, kecemasan dan kekhawatiran senantiasa mencekik dan menyesakkan dada, sungguh setitikpun tidak ada manfaatnya. Akhirnya semboyan ukhuwah Islamiyah yang dikemukakan, hanyalah sekedar semboyan yang hampa dan malah memberikan keuntungan pada manusia- manusia yang tak bermoral, bertabiat maksiat dan berkelakuan durjana.

Pikirkan dan renungkan benar- benar !!

Dalam Tarikh dan sejarah dapat pula kita buktikan tentang kemenangan Nabiullah Musa a.s. dalam melawan kedzoliman dan kelaliman Raja Fir’aun laknatullah terjadi setelah Nabiullah Musa a.s. berpisah dari kaum Fasiqien yang melewati batas dan durhaka. Beliau menghindarkan diri dari rangkulan lawan yang melumpuhkan perjuangan Beliau menyampaikan Agama Allah- Islam. Beliau menjauhi persatuan yang merugikan. Dalam situasi yang demikian ini Beliau berdo’a, sebagaimana yang tercantum dalam Surat Al- Maidah ayat 25 :

Artinya : Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak memiliki (tidak mampu mengurus ) kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu."

Pahami dan renungkanlah..!!

Sesungguhnya persatuan itu bukanlah tujuan, tapi suatu akibat yang ada dari jalan yang sama. Oleh karena itu bersatu bukan hanya sekedar bersatu, seperti air dalam kolam tanpa ada pelepasannya. Tetapi bersatu untuk bergerak untuk menuju muara yang menjadi tujuan bersama.

Persatuan adalah meyusun potensi dan tenaga, yang kemudian dapat mempermudah dan mempercepat proses dalam mencapai hasil. Persatuan atau kerukunan yang hanya berbentuk seperti air dalam kolam menjadikan air tergenang, tidaklah menjadi manfaat apapun selain tumbuhnya benih- benih penyakit. Maka tidaklah heran, persatuan semacam ini, sering kali dijadikan alat dalam suatu gerakan jahat, sebagaimana masyhur dan dikenal dengan “lubang buaya” di halim perdana kusuma.

Renungkanlah benar- benar !!

Persatuan yang sebenarnya hanya akan terwujud dalam kalangan orang- orang yang memiliki persamaan tujuan dan jalan. Dan terjadi dalam lingkungan orang yang hendak membela kebenaran Agama Allah (Islam), dengan jalan yang benar, dalam arti “benar” menurut Al- Qur’an dan Hadits yang syah yang tidak menentang Al-Qur’an.

Membela yang haq dengan jalan yang haq, tidak dengan jalan menipu rakyat, tidak menjadikan Agama sebagai kedok kekuasaan, dan mencari kekayaan pribadi, tidak pula menyebarkan bid’ah, tahayyul, khurafat, dan syirik. Yang bukan agama dianggap agama, sedang mereka tak kunjung sadar.

Membela keadilan dengan jalan keadilan menurut Al- Qur’an dan Al- Hadits, maka diharapkan muncullah persatuan rasa, suara, dan usaha yang mengarah pada muara yang sama dengan tujuan mardlatillah, melalui jalan yang sama Shiratol Mustaqiem, dengan rasa tanggung jawab sepenuh- penuhnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala pada hari pengadilan nantinya.

Seluruhnya bersatu menyuarakan Al- Qur’an dan Sunnatur- Rasul, dan semuanya bergerak dengan nada yang sama atas usaha dan ikhtiar yang halal dan benar.

Demikianlah terwujudnya persatuan dan keadilan yang bergerak dalam membela kebenaran yang sejalan dengan sifat Nabi kita Muhammad s.a.w.


Keselamatan bagi hamba Allah yang mau mengikuti petunjuk Agama Allah, Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar