Senin, 06 Februari 2012

“PERSATUKAN RASA, SUARA DAN USAHA"

oleh : Bandhit's Indo

Bismillaahir romaanir rohiim...

Dalam bahasa Arab ada suatu kata hikmah yang menyatakan sebagai berikut :


Laa ghalabata illa bil quwwah..

Artinya : Tidak ada sembarang kemenangan, terkecuali dengan kekuatan.

Cita- cita yang mulia dengan landasan niat yang ikhlas serta disuluhi kebulatan tekad dan semangat yang berkobar- kobar, meskipun berupa haq dan kebenaran, tidak mungkin mampu berhadapan dan berkonfrontasi dengan kebathilan dan kebathalan, BILA diperjuangkan oleh orang- orang yang tidak memiliki tenaga dan kemampuan serta kekuatan ilmu. Hanya tenaga iman dan kekuatan lahir dan bathin, serta kemapanan ilmu yang mampu mencapai cita- cita tersebut.

Bagi si lemah cita- cita beralih menjadi angan- angan, niat menjadi lamunan, kerjanya hanya mengukir langit dan menyusun bintang di awang- awang yang sia- sia tiada arti.

Jika demikian bagaimana mungkin kita memperoleh kekuatan ??

Dan sebagai lanjutan kata hikmah itu menyatakan :

Laa quwwata illa bil ittihad

Artinya : Tiada sembarang kekuatan, terkecuali dengan persatuan.

Bisa dilihat, seekor gajah yang perkasa, kuat dan tegap, tetapi ia menyendiri tiada berkawan, maka dengan mudahnya dia dikalahkan persatuan semut yang lemah dan kecil, sebab si semut bersatu padu ber-himpun kekuatan pada sesamanya, dan si gajah berpecah belah, jadilah dia lumpuh dan lemah tak berdaya.

Bagi si syetan akan lebih mudah menganggu yang menyendiri, sekalipun pada mulanya ia seorang yang kuat imannya, daripada menganggu umat yang bersatu padu, sekalipun imannya tidak sekeras baja.

Tetapi perhatikan pula, timbunan pasir yang berjuta- juta jumlahnya, akan hanyut limpas bila dilanda banjir dan akan berserakan dibawa angin. Pasir itu hanya menghimpun diri, tanpa ikatan yang meng-karibkan mereka, mereka bersatu dalam perpecahan, bersatu dalam satuan yang pecah- pecah, bukan bersatu dalam persatuan, bersatu dalam ke-satuan yang utuh sebagaimana dinyatakan didalam Al- Qur’an, Surat Al- Hasyr ayat 14 :

Artinya : Engkau kira mereka bersatu, padahal hati mereka bersilang tekad….,

Ya…, bersilang tekad, karena persatuan tanpa ikatan hukum yang benar dari Al- Qur’an dan Al- Hadits yang shohih, tidak ada pegangan yang mengikat mereka demi tercapainya tujuan bersama untuk umat, apalagi satu sama lainnya berbicara atas tujuan dan kepentingan nya sendiri- sendiri, bahkan ada yang berani memalsukan agama Allah agar mendapatkan kedudukan dan kehidupannya pribadi.
Bagaimanakah persatuan itu dapat kita peroleh….??

Dalam kata- kata hikmah bahasa Arab itu selanjutnya menyatakan :

Wa laa ittihada illa bil fadha’il…

Artinya : Dan tidak ada persatuan, kecuali dengan Akhlaq yang utama.

Kayu dapat dipersatukan dengan paku dan palu ( pukul besi ), besi dapat dipersatukan dengan patni atau pateri, kain dapat dipersatukan dengan jahitan, sedang hamba Allah dapat dipersatukan hingga teguh dan padu dengan fadha’il (dengan akhlaq ), budi pekerti luhur nan mulia, dan tak mungkin mempersatukan orang per orang sehingga tercipta kesatuan dan persatuan tanpa akhlaq.

Sebab akhlaq, budi pekerti serta tingkah laku yang utama yang menempatkan manusia dalam peri kemanusiaan yang utama dan mulia. Dengan demikian mereka dapat bersatu padu, mampu meniadakan kepentingan pribadinya, untuk mewujudkan tujuan bersama nan suci dan mulia, rela mati untuk menghidupi umat, mencucurkan air mata untuk menciptakan kegembiraan yang akan dirasakan oleh anak cucu di kemudian hari.

Dia mengerti betul, bagaimana dia harus ber-akhlaq, bersopan santun pada Tuhannya.
Dia mengerti betul, bagaimana dia harus ber-akhlaq , bersopan santun pada Nabi-Nya.
Sehingga dia menjadikan agama Allah ini diatas segala- galanya, demi kepentingan umat dan tak mau mengotorinya apalagi merusak tatanan suci ini.

Apakah yang menjadi sumber utama dari fadha’il, akhlaq serta budi pekerti yang dimaksud ??

Maka dalam rangkaian kata hikmah tersebut diatas menerangkan :

wa laa fadha’il illa biddiin..

Artinya : Dan tidak ada fadha’il kecuali dengan Agama ( Islam ).

Senyum nan manis, kata- kata yang indah merayu, keramahan yang memikat hati, semuanya itu berbahaya yang bisa menjadi alat penipuan dan pemalsuan, apabila tidak dilandasi oleh kesadaran dan dorongan dari agama Allah ( Islam ), agama seluruh alam.

Keramahan dan kemanisan budi dalam tingkah laku, hanyalah merupakan pancingan pengorbanan yang tentu disertai pengharapan akan dapat mengeruk keuntungan yang lebih besar dengan meng- hadiahkan bala bencana, dan malapetaka, bagi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya.

Akhlaq dan keluhuran budi pekerti yang tinggi, berupa tetesan ajaran agama, resapan iman serta aqidah yang kuat dan kokoh menjadi perekat yang maha hebat, dalam memadukan rasa, suara dan usaha. Sehingga umat yang berjuta- juta dengan keaneka ragaman keahlian itu menjadi “satu jasad” dengan “satu jiwa” yang utuh dan kokoh.

Akhlaq dan budi pekerti adalah pengerak utama dalam menciptakan persatuan. Bersatu untuk bekerja, bersatu untuk saling membantu, bersatu untuk menyusun satu potensi guna membina kejayaan umat, dan agama.

Akhlaq mempersatukan umat dengan satu kesatuan, bukan saling menjungkir balikkan, bersatu padu, yang kaya membantu yang miskin, yang kuat membantu yang lemah, yang ber-ilmu bersama memberikan pemahaman pada yang bodoh untuk saling bahu membahu memunculkan kekuatan untuk melawan kedholiman, ke-angkara murkaan, kemungkaran, dan kema’siatan, yang merusak kehidupan manusia.

Bersatu padu untuk menumpas lawan- lawan dan musuh dari ajaran Islam, bukan bersatu padu menjadi musuh bagi Tuhan Allah subhanahu wa ta’ala, dengan berbuat ma’siat, membiarkan, menjadi pendukung, bahkan menjadi pelaku itu sendiri, dengan merusak ajaran dan tatanan Allah nan suci dan luhur, dengan menjalankan kebid’ahan, ke-khurofatan, dan memberikan dogma ke-tahayyulan, bahkan memakmurkan ke-syrikan menjadi “mufsidin” atau ahli perusak dan pemusnah kemakmuran ajaran agama Allah subhanahu wa ta’ala….

Kemudian kata hikmah dalam bahasa Arab itu meng-akhiri kalimatnya sebagai berikut :

wa laa diina illa mawaa fa qaal kitaaba was sunnah..

Tidak ada agama, kecuali berpegang teguh pada kitab ( Al- Qur’an ) dan sunnah
( Nabi s.a.w. )






Keselamatan bagi hamba Allah, yang mau mengikuti petunjuk Agama-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar