Sabtu, 21 Januari 2012

“IMARATUL BADAN BIR RUH"

Oleh : Bandhit's Indo

Bismillaahiir rohmaanir rohiim.

UMUR sekalipun sudah menjadi bahasa Indonesia, tapi asalnya dari bahasa Arab yang berarti “Imaratul badan bir ruh”. Yakni memakmurkan badan dengan adanya ruh.

Umur adalah ukuran batas waktu yang “TELAH” dan “PERNAH” dilalui dan dialami oleh seseorang selama ruh masih dikandung badan. Umur seseorang dihitung sejak ia dilahirkan sampai masuk ke liang kubur atau liang lahat, atau mati.

Orang yang sudah mati, sekalipun ia melalui bilangan tahun, puluhan tahun, ataupun ratusan dan ribuan tahun, tidak pernah dikatakan ber- umur. Ia tinggal didalam kubur itu tanpa dihitung- hitung jumlah waktu yang dilaluinya ataupun dialaminya.

Dengan pengertian diatas, maka jelaslah bahwa Umur itu artinya serumpun dengan kata “MAKMUR”.

Untuk memakmurkan badan kita ini, Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kita karunia RUH. Tanpa bantuan ruh, tinggallah kulit yang membungkus daging dan tulang yang akan berubah warna dan baunya dalam beberapa hari saja.

Namun, keadaannya sungguh jauh berbeda, disaat ruh masih dikandung badan. Selama ruh masih ada, meski hidup bertahun- tahun lamanya, tidak mudah kulit terkelupas, tidak mudah daging membusuk, dan tidak mudah pula tulang- tulang menjadi rapuh dan hancur.

Bila ruh tidak ada lagi, hilanglah sudah kemakmuran jasmani, semua anggota badan kaku membeku, tiada gerak, tiada berfungsi sebagaimana mestinya, membusuk, hancur untuk kemudian bersatu dengan tanah.

Sehubungan dengan kata “UMUR”, teringatlah saya dengan umur benda- benda yang lain.., misalnya MASJID. Dalam ayat Al- Qur’an dinyatakan bahwa umur (kemakmuran) Masjid itu (ruh-nya), hanya dapat diberikan oleh orang- orang yang memiliki lima syarat, yaitu :
  1. Orang yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
  2. Orang yang beriman pada hari akhir.
  3. Orang yang mendirikan atau menlaksanakan Sholat.
  4. Orang yang bersedia mengeluarkan zakat.
  5. Orang yang tidak takut terhadap apapun kecuali hanya kepada Allah. Ia lebih takut melakukan dosa daripada takut pada ancaman manusia, seberapapun kuasanya manusia itu.

Ayat tersebut diawali dengan kata “ya’muru” yang berarti memakmurkan atau memberi umur. Sebab ternyata lawan kata “Imarah” atau kemakmuran itu adalah “Kharab” yang berarti keruntuhan atau kerusakan, terbengkalai dan ter-sia- sia.

Manusia diberi umur oleh Allah subhanahu wa ta’ala, untuk itulah Allah memberikan perlengkapan berupa ruh. Ruh merupakan perlengkapan yang dimiliki manusia  atas karunia Allah subhanahu wa ta’ala, demi kemakmuran jasmaninya. Dengan ruh itulah segala organ tubuh manusia beserta panca inderanya dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga manusia mampu mempertahankan daya wujud dan daya hidupnya.

Bila ditakdirkan tapak kaki ini terbuat dari besi atau baja umpamanya, kemudian setiap hari tiada henti- hentinya terus menerus digunakan, pastilah tapak kaki ini akan menipis, aus, bahkan mungkin habis sama sekali.

Akan tetapi sangatlah ajaib apa- apa yang diberikan oleh Allah ini. Kaki kita yang digunakan setiap hari.., tangan kita.., kita gunakan setiap hari.., tak berbilang waktu.., tak berbilang masa.., bukannya makin menipis atau habis…, bahkan ada kalanya makin menebal, atau "kapalen" (= jawa ). Dan bagian- bagian tubuh kita yang lain malah semakin membesar…, tidak susut atau habis.

Mata kita.., telinga kita.., otak kita…, pikiran dan lain- lain…, setiap hari kita gunakan.., kita malah semakin mampu mengelola apa yang akan kita lakukan dalam hidup kita ini.., bukan tambah susut.., habis atau hancur.

Rambut yang tumbuh di kepala kita.., disetiap pori- pori tak terhitung banyaknya.., tanpa kita pupuk dengan obat macam- macam…, begitulah keadaan yang hebat yang diberikan oleh Allah kepada kita karena kasih dan sayangNya. Dan keadaan semacam ini akan berlangsung terus menerus selama Ruh masih dikandung badan, dan selama itu pula ruh memakmurkan setiap bagian tubuh manusia.

Di dalam Al- Qur’an dikatakan bahwa kelak di akhirat ada golongan yang merasa rugi, mengeluh dan menyesal, karena tiada catatan amal yang baik, bahkan catatannya penuh dengan amal yang salah dan sesat. Mereka tiada mengunakan kesempatan waktu untuk memakmurkan segala kewajiban Agama Allah ( Islam ) kemudian mereka berkata : “Hai Tuhan kami, keluarkanlah kami agar dapat beramal shalih, selain amal yang sudah kami amalkan”.

Atas keluhan dan penyesalan mereka itu, Allah menjawab : “Bukankah telah Kami berikan pada kalian umur yang cukup bagi orang yang mau ingat untuk sadar dan (bukankah) telah datang utusan padamu ?? Maka rasakanlah (adzab) dan tiadalah bagi orang yang dhalim itu seorangpun penolong “.

                                                                              ( Q. Surat Faathir ayat 37 ).


Berdasarkan ayat tersebut diatas, jelaslah kini bahwa tujuan umur yang diberikan Tuhan itu adalah untuk memakmurkan jasmani, dengan melaksanakan segala kewajiban Agama Allah yaitu Islam, sesuai dengan yang dicontohkan oleh Hamba Allah dan Utusan-Nya, Muhammad Rasulullah s.a.w.



Keselamatan bagi hamba Allah, yang mau mengikuti petunjuk Agama-Nya.

Jumat, 20 Januari 2012

"AD-DUNYA BUSTAN" Dunia itu Ibarat Taman.

oleh : Bandhit's Indo

Bismillaahir rohmaanir rohiim.
“AD- DUNYA BUSTAN..” , Dunia itu ibarat taman, yang tentu saja perlu dirawat, agar asri dan tetap indah. Untuk Saudaraku sesama se-akidah, hendaknya mengetahui,
bahwa:

Artinya : Dunia itu (Ibarat) kebun, yang akan menjadi indah dengan lima perkara, yaitu :

1.     Ilmu para Ulama’ . (Yang menurut Al- Qur’an dan Hadits yang shohih dengan syarat Hadits tersebut tidak bertentangan dengan Al- Qur’an ).
2.       Keadilan para pemimpin. (Yang berhukum menurut hukum Allah atas dasar Al- Qur’an dan Hadits yang shohih).
3.    Ibadah hamba- hamba Allah. (Yang didasari oleh Al- Qur’an dan Hadits yang shohih, dengan catatan hadits tersebut tidak bertentangan dengan Al- Qur’an).
4.      Amanat para Pengusaha.
5.      Kejujuran para Pekerja.

Artinya : Lalu datanglah syetan membawa lima panji untuk ditancapkan pada yang lima (tersebut ) tadi, maka :


1.     Ia datang membawa HASAD dan dipancangkan disebelah ILMU.
2.     Ia datang membawa KEDZALIMAN / KELALIMAN  dan dipancangkan disebelah KEADILAN.
3.   Ia datang membawa RIYA'  dan dipancangkan disembowel IBADAH.  
4.     Ia datang membawa KHIANAT  dan dipancangkan disebelah AMANAT  (Titipan atau Kepercayaan).
5.     Ia datang membawa KEPALSUAN dan dipancangkan disebelah KEJUJURAN.



Selain apa yang telah menjadi alas kata diatas, perlu kiranya disini ditambahkan buat pemahaman pada diri masing- masing, yaitu sebuah fatwa :

“JANGAN BIARKAN HATI ANDA MENJADI LAWAN BAGI ANDA”.

“QOLBU” – Hati diciptakan oleh Allah s.w.t. itu, bukanlah buat merintangi dan menentang dan menjadi lawan bagi datangnya petunjuk Agama Allah. Tetapi buat merasakan dan menerima sekalian petunjuk dari Allah s.w.t.

Firman Allah s.w.t. didalam Al- Qur’an, surat Al- Hajj ayat 46 :

Artinya : Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi (memperhatikan kehidupan, mencari pengalaman, mengambil pelajaran),  lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah  hati yang di dalam dada.

Kita diperlengkapi oleh Allah dengan hati  ini, bukanlah  buat merintangi, menentang atau menjadi lawan bagi datangnya petunjuk Agama Allah, lebih- lebih bukan  buat menjadi musuh bagi Allah atau memusuhi petunjuk Agama Allah s.w.t.  Tetapi hati ini buat menerima dan menjadi wadah buat petunjuk Agama Allah, sehingga hati tersebut dapat menjadi penasehat untuk memudahkan segala gerak dan tindakan sebagai pengarah segala amal usaha.

Dalam riwayat Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepada Wabishah : “Aku tahu, kedatanganmu kini hendak menanyakan tentang kebaikan dan keburukan, amal shalih dan amal salah, bukan ?!” Dan selanjutnya Rasulullah s.a.w. bersabda, yang menurut riwayat Imam Ahmad dan Imam Ad- Darimie berbunyi sebagai berikut :

Artinya : Mintalah fatwa kepada Hati- nuranimu, kebaikan itu ialah yang menentramkan, karena searah dengan jiwamu, dengannya hatimu tentram tidak gelisah. Mintalah fatwa kepada hati nuranimu sendiri, sekalipun orang lain memberikan bermacam-macam fatwa kepadamu,-

Hati Nurani yang sehat, yang senantiasa digunakan sebagai wadah buat menerima petunjuk- petunjuk Agama Allah, mampu memberikan fatwa yang baik, memberikan keputusan dan menentukan satu pilihan yang baik.

Adalah satu siksaan yang berat  dan merupakan penderitaan yang meletihkan serta dapat menimbulkan keputus-asaan, bila kita melakukan suatu perbuatan yang tidak disetujui oleh hati nurani. Bertentangan dengan kemauan dan tidak searah dengan keinginan, kemudian menjadikan orang itu bekerja secara terpaksa.

Apabila bekerja dan berbuat secara terpaksa maka otak dan pikiran bukan membantu untuk memecahkan dan memudahkan bila menjumpai kesulitan, tetapi menambah kuat keinginan buat meninggalkan dan meng-gagalkannya.

Dan kemudian, sebagai akhir dari perjalanan pikirannya, timbul-lah keinginan untuk menjadi manusia yang bebas lepas dari aturan, dan ketentuan yang mengatur hidupnya. bebas dari adab kesopanan, bebas dari tata tertib kepercayaan. Tidak ada orang  yang melakukan pelanggaran atau kejahatan yang tidak disiksa bathinnya, atau yang tidak digelisahkan kehidupannya, diragukan sendiri oleh tindakannya, dikacaukan sendiri oleh pikirannya, dan tidak menentukan arah kehidupannya.

Dan puncaknya, bila ada yang merasa bahagia dengan sekalian amal jahatnya, merasa gagah dengan kekejamannya, merasa pintar dan lihay dengan tipu- muslihat yang selalu berhasil, merasa ni’mat hidup dengan darah dan air mata orang lain, maka ketahuilah bahwa semua itu pertanda hati nuraninya sudah mati, atau sudah buta mata hatinya yang ada didalam dada…. “TA’MAL QULUBUL-LATIFISH-SHUDUR…”.-

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Yasiin ayat 70 :

Artinya : Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada manusia yang masih hidup.-

Maksud hidup pada ayat ini tentu bukan hidup lawan dari mati. Melainkan hidup dalam arti memiliki hati nurani.

UNGKAPAN, PERHATIKAN..!!

Memang tidak ada, atau belum pernah ada, “me-manusiakan”  binatang. Karena memang belum pernah ada kerbau, kambing atau sapi yang berubah jadi berakal, berfikiran, dan berakal budi.

“ TETAPI SEBALIKNYA, SUDAH BANYAK MANUSIA YANG DI-BINATANG-KAN, ATAU MEM-BINATANG-KAN DIRINYA…, KEMUDIAN DISEBUT KERBAU, SAPI, ATAUPUN KAMBING.., BAHKAN SERIGALA SEBAGAI LAMBANG PERILAKU-NYA YANG BUAS…”


Keselamatan bagi hamba Allah yang mau mengikuti petunjuk Agama-Nya.




Nb : Sengaja penulis tidak menulis ayat Qur’an termaksud, agar saudara pembaca menindak lanjuti dengan membuka ayat termaksud.

Tegur sapa, senantiasa saya harapkan dari para pembaca sekalian demi tegaknya Agama Allah ( Islam ).